Google search engine
HomeUncategorizedAdakah Tangan Gelap di Pola Keracunan Program MBG?

Adakah Tangan Gelap di Pola Keracunan Program MBG?

u berkali-kali saya lontarkan kepada para ashab. “Adakah tangan gelap di balik pola keracunan program MBG?” Mereka menjawab dengan nada mantap, “Ndak mungkin itu. Itu murni keteledoran relawan SPPG. Mungkin juga karena relawan SPPG tidak cakap.”

Saya tidak langsung ambil jawaban di atas. Maka saya bertanya kepada para ahli kesehatan. “Dampak paling kritis dari keracunan makanan itu apa?” Mereka menjawab, “Maksimal mual, pusing, dan diare. Itupun tidak langsung, tapi berjarak waktu.”

Saya lanjut bertanya, “Adakah keracunan makanan berdampak kejang-kejang?” “Apakah keracunan makanan bisa membuat jemari anak menggenggam seperti kaku?”

Jawaban mereka membuat saya merenung. Kejang-kejang jara…
[10.09, 1/10/2025] Imam Mawardi: Google Form: Solusi Komunikasi Efektif Program MBG di Era Digital

 

 

Di tengah maraknya kasus keracunan makanan dalam pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG), satu pertanyaan mendesak muncul. Mengapa komunikasi antar pihak belum optimal? Padahal kita hidup di era digital, di mana teknologi seharusnya menjadi jembatan, bukan penghalang. Mungkin sudah ada SPPG yang menggunakan media komunikasi ini, saya yang tidak tahu. Jika sudah ada dapat dibagi pengalaman ke rekan SPPI lainnya.

Dua bulan lalu, saya telah menyampaikan kepada rekan-rekan guru tentang pentingnya memanfaatkan teknologi sederhana namun powerful, yaitu google form. Bukan sekadar alat survei, google form dapat dimodifikasi menjadi media evaluasi, buku harian murid, laporan timbal balik antara guru dan orang tua, bahkan saluran kritik dan saran dari masyarakat.

Tenaga Profesional Cakap Digital Di SPPG

Badan Gizi Nasional (BGN) telah menyiapkan tenaga profesional dalam program MBG yang tergabung dalam SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi). Di setiap SPPG, terdapat tiga tenaga utama: kasatpel, akuntan, dan ahli gizi. Mereka adalah generasi yang akrab dengan teknologi. Maka, bukankah sudah saatnya mereka diberi amanah untuk mengelola Google Form sebagai saluran komunikasi dan koordinasi?

Google form memungkinkan semua pihak yaitu kepala sekolah, guru, orang tua, bahkan murid, memberikan umpan balik secara cepat dan efisien. Tiga tenaga profesional di SPPG dapat langsung menganalisis data dan mengambil langkah korektif. Tidak ada lagi kebuntuan komunikasi.

Mudah, Murah, dan Kreatif

Penggunaan google form tidak rumit. Cukup bermodalkan ponsel dan koneksi internet sederhana. Tidak perlu perangkat canggih atau biaya besar. Yang dibutuhkan hanyalah kemauan dan kreativitas. Formulir dapat dirancang dengan pilihan ganda, skala likert, kolom isian, hingga lampiran foto. Seolah-olah kita sedang bertemu langsung.

Apakah butuh keahlian khusus? Tentu tidak. Semua bisa. Kepala sekolah, guru, orang tua, dan murid dapat mengisi formulir kapan saja, di mana saja.

Menghapus Cara Jadul, Menyambut Efisiensi Digital

Sudah saatnya meninggalkan metode evaluasi lama yang mengandalkan lembar cetak. Selain boros biaya dan waktu, prosesnya rumit dan lambat. Analisis manual memakan waktu, belum lagi distribusi dan pengumuman hasilnya. Sementara dengan google form, semua proses berlangsung digital dan real-time. Kasatpel SPPG dapat segera mengambil tindakan dan menyusun laporan berjenjang.

Privasi Terjaga, Partisipasi Terbuka

Keunggulan lain dari google form adalah fleksibilitas privasi. Identitas pengisi dapat disembunyikan, sehingga kritik dan saran lebih jujur dan terbuka. Bagi SPPG yang memiliki tenaga IT, Google Form dapat diintegrasikan dengan Google Sheets, dilengkapi fitur keamanan, dan disimpan di cloud dengan standar proteksi tinggi.

Internet Bukan Lagi Hambatan

Bagaimana dengan akses internet? Saat ini, hampir semua sekolah dan rumah telah memiliki koneksi yang cukup untuk mengakses Google Form. Tidak butuh bandwidth besar. Yang dibutuhkan hanyalah niat untuk berbenah.

Isi Form Sesuai Kebutuhan

Apa saja yang bisa dimasukkan dalam Google Form? Jawabannya: sesuai kebutuhan masing-masing SPPG, arahan dari BGN, sekolah, atau lembaga terkait. Kreativitas adalah kuncinya. Formulir bisa menjadi cermin pelaksanaan MBG, sekaligus alat deteksi dini jika ada masalah seperti keracunan.

Imam Mawardi Ridlwan
Dewan Pembina Yayasan Bhakti Relawan Advokat Pejuang Islam

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments