EPISODE 1 dari 10
Mangesti Waluyo Sedjati
Sekjen DPP Al-Ittihadiyah | Ketua Majelis Ilmu Baitul Izzah | KPEU MUI Pusat
Sidoarjo, 10 Oktober 2025
Assalāmu‘alaikum warahmatullāhi wabarakātuh, sahabat semua 🌏
Mari kita berbicara dari hati: energi adalah nadi kehidupan dan fondasi peradaban. Tanpa energi, roda ekonomi berhenti, pendidikan lumpuh, pangan tak terdistribusi, dan pertahanan rapuh. Tapi dengan energi yang berdaulat, bangsa bisa berdiri tegak, bebas menentukan arah masa depannya sendiri.
🔋 Indonesia: Kaya Potensi, Tapi Belum Merdeka Energi
Kita punya segalanya minyak, gas, batubara, panas bumi 29 GW (terbesar kedua di dunia), potensi air 75 GW, energi surya 200-an GW, bahkan uranium dan thorium untuk energi nuklir.
Namun kenyataannya, lebih dari 55% kebutuhan BBM masih impor, produksi minyak turun ke 600 ribu barel per hari, dan energi baru terbarukan baru 13% dari total bauran nasional.
Kita adalah bangsa kaya energi tapi miskin kedaulatan. Ironisnya, ketika harga minyak dunia naik, subsidi membengkak, APBN tertekan, inflasi naik, dan rakyat kecil yang paling menderita.
Inilah paradoks bangsa besar yang masih tergantung pada pasokan luar.
🛢️ Energi: Senjata Baru Kekuasaan Dunia
Dunia hari ini tidak lagi ditaklukkan dengan senjata, tapi dengan _energi\.
Amerika menguasai minyak lewat sistem Petrodollar, memaksa dunia membeli minyak dalam dolar agar mata uangnya tetap berkuasa.
Rusia menekan Eropa dengan gas alam lewat pipa Nord Stream.
Tiongkok membangun imperium energi global melalui investasi, pelabuhan, dan tambang dari Afrika hingga Indonesia.
Siapa menguasai energi, ia menguasai arah sejarah.
Dan siapa tidak berdaulat energi, akan terus menjadi pemain pinggiran dalam panggung dunia.
⚙️ Kerapuhan Kita: Energi Dikuasai Elite, Rakyat Jadi Penonton
Selama puluhan tahun, proyek energi hanya menguntungkan segelintir.
Kilang minyak kita terbatas, birokrasi tumpang tindih, eksplorasi lambat, dan subsidi sering tidak tepat sasaran.
Di kota lampu menyala terang, tapi di Papua dan NTT, masih ada desa yang hanya merasakan listrik 6 jam sehari.
Sementara korporasi asing dan elite politik justru menikmati hasil bumi yang seharusnya menjadi hak rakyat.
Inilah bentuk nyata dari resource curse kutukan sumber daya.
Bangsa kaya alam tapi miskin kemandirian, karena kehilangan kendali atas kekayaan sendiri.
🌱 Kedaulatan Energi: Bukan Mimpi, Tapi Mandat Sejarah
Kita butuh keberanian politik dan moral kolektif untuk membalik keadaan ini.
Kedaulatan energi bukan hanya soal tambang dan kilang, tapi hak rakyat atas kehidupan yang layak dan berkeadilan.
Langkah nyata itu bisa dimulai dari sini:
1️⃣ Kembalikan kontrol negara atas hulu–hilir energi. Jangan biarkan sektor strategis dipegang asing.
2️⃣ Bangun Badan Energi Nasional yang independen untuk menyusun strategi jangka panjang lintas kabinet.
3️⃣ Bangun PLTN dan EBT berbasis komunitas. Indonesia sudah siap teknologi dan SDM, hanya butuh kemauan politik.
4️⃣ Dorong koperasi energi rakyat. Desa bisa punya PLTS, biogas, atau mikrohidro sendiri.
5️⃣ Gunakan ZISWAF untuk energi. Bayangkan kalau dana wakaf umat diinvestasikan ke wakaf energi—menerangi desa, bukan hanya masjid.
6️⃣ Edukasi publik. Energi harus jadi tema dakwah dan kurikulum: hemat energi, adil energi, berdaulat energi.
💡 Tanpa Energi, Kemandirian Itu Semu
Kita tidak bisa bicara kemandirian ekonomi kalau irigasi, pupuk, dan transportasi tergantung BBM impor.
Tidak bisa bicara kedaulatan pangan kalau listrik untuk cold storage nelayan saja bergantung pada genset mahal.
Tidak bisa bicara pendidikan unggul kalau sekolah di pedalaman masih belajar di bawah cahaya lampu minyak.
Kemandirian bukan jargon. Ia lahir dari kedaulatan energi.
🔥 Energi Adil adalah Energi yang Menerangi Desa, Bukan Sekadar Kota
Rakyat harus menjadi pemilik energi, bukan sekadar konsumen.
Energi yang dikelola rakyat oleh koperasi, pesantren, BUMDes akan melahirkan kemandirian ekonomi yang berkeadilan.
Karena energi sejati bukan tentang listrik dan BBM, tapi tentang martabat manusia dan kemerdekaan bangsa.
“Kita tidak kekurangan energi; yang kurang adalah kemauan politik dan keberanian moral untuk berdaulat atasnya.”
🌄 Saatnya Kita Menyalakan Energi Kedaulatan
Bangsa ini butuh kesadaran baru: bahwa kedaulatan energi bukan sekadar isu ekonomi, melainkan perjuangan moral dan spiritual.
Energi adalah amanah Allah, bukan alat rente politik.
Dan tugas kita adalah memastikan energi menjadi cahaya keadilan, bukan bara ketimpangan.
✨ Mari bergerak bersama dari rumah, dari komunitas, dari desa untuk menyalakan cahaya kedaulatan energi Indonesia.
📖 Baca versi lengkap “KEDAULATAN ENERGI: SYARAT MUTLAK NEGARA MAJU” (Bab I–VII) di sini: 👉 https://www.facebook.com/share/p/1A55ejTGqe/
Terima kasih sudah meluangkan waktu. Semoga Allah menjaga kita semua.
_InsyaaAllah besuk di lanjutkan ke
*SERIAL 2* tentang_ *”MENGAPA PLN MENJADI PILIHAN STRATEGIS”_*
Wassalāmu’alaikum warahmatullāhi wabarakātuh.
Bagikan ke sahabat, keluarga, dan komunitasmu.
Karena perubahan besar selalu dimulai dari kesadaran kecil dan dari cahaya yang kita nyalakan bersama. 💚⚡