Oleh : Ustadz DR. Firanda Andirja, Lc. MA.
Sesungguhnya seluruh manusia dalam kerugian. Para ulama menjelaskan bahwa kerugian meliputinya dari segala arah. Allah ﷻ tidak berkata “manusia rugi”, tetapi menyebutkan bahwa “manusia dalam kerugian”, yaitu seakan-akan manusia tenggelam dalam kerugian sehingga kerugian menerpanya dari segala arah dan sisi, baik dari depan, belakang, atas maupun bawah, manusia terhimpit dalam kerugian ([14]).
Siapakah yang selamat dari kerugian yang meliputi dari segala sisi? Mereka adalah:
* Orang-orang yang beriman. Beriman melazimkan ilmu. Tidak mungkin seseorang beriman tanpa ilmu.
* Beramal saleh.
* Saling berwasiat dalam kebenaran/berdakwah dan mengingatkan kepada sesama
* Bersabar
Oleh karenanya, Abu Madinah ad-Darimi berkata,
كَانَ الرَّجُلَانِ مِنْ أَصْحَابِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا التَقَيَا، ثُمَّ أَرَادَا أَنْ يَفْتَرِقَا، قَرَأَ أَحَدُهُمَا: وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ حَتَّى يَخْتِمَهَا، ثُمَّ يُسَلِّمُ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا عَلَى صَاحِبِهِ
“Dahulu jika dua orang sahabat Nabi Muhammad ﷺ saling bertemu, kemudian hendak berpisah, maka salah saru dari keduanya membaca surah Al-‘Ashr hingga akhir surah, kemudian salah satu dari keduanya saling mengucapkan salam kepada yang lainnya.” ([15])
Inilah surah yang sangat agung, di mana iman Asy-Syafi’i berkata,
لَوْ مَا أَنْزَلَ اللهُ حُجَّةً عَلَى خَلْقِهِ إِلا هَذِهِ السُّورَةَ لَكَفَتْهُمْ
“Seandainya Allah tidak menurunkan bagi manusia satu argumentasi pun selain ayat ini, maka sudah cukup bagi mereka.”
Ayat ini sebagai peringatan bagi kita dalam menjalani kehidupan bahwa kita akan menghadapi hari akhirat. Allah ﷻ memberikan peringatan bahwa semua manusia akan menuai kerugian kecuali orang yang beriman yang didapatkan dengan ilmu, beramal, saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab berkata :
اعْلَمْ رَحِمَكَ اللهُ أَنَّه يَجِبُ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ، تَعَلُّمُ هَذِهِ المَسَائِل الثَّلاثِ، والْعَمَلُ بِهِنَّ
“Ketahuilah –semoga Allah merahmatimu– bahwa wajib bagi setiap muslim dan muslimah mempelajari pula tiga hal berikut ini dan mengamalkannya.”
الأُولَى: أَنَّ اللهَ خَلَقَنَا، وَرَزَقَنَا، وَلَمْ يَتْرُكْنَا هَمَلًا، بَلْ أَرْسَلَ إِلَيْنَا رَسُولًا، فَمَنْ أَطَاعَهُ دَخَلَ الجَنَّةَ، وَمَنْ عَصَاهُ دَخَلَ النَّارَ، وَالدَّلِيلُ قَوْلُهُ تَعَالَى: (إِنَّا أَرْسَلْنَا إِلَيْكُمْ رَسُولًا شَاهِدًا عَلَيْكُمْ كَمَا أَرْسَلْنَا إِلَى فِرْعَوْنَ رَسُولًا، فَعَصَى فِرْعَوْنُ الرَّسُولَ فَأَخَذْنَاهُ أَخْذًا وَبِيلًا)
“Pertama: Allah-lah yang menciptakan dan memberi rezki kepada kita dan tidak membiarkan kita terlantar, tetapi mengutus seorang rasul kepada kita. Barang siapa yang menaatinya, akan masuk surga, dan barang siapa yang menentangnya, akan masuk neraka. Dalilnya adalah firman Allah ﷻ:
“Sesungguhnya Kami telah mengutus kepadamu seorang rasul sebagai saksi atas kalian, sebagaimana Kami telah mengutus seorang rasul kepada Firaun, lalu Firaun menentangnya, maka Kami siksa ia dengan siksaan yang berat.” (QS. Al-Muzammil : 15-16).
الثَّانِيَةُ: أَنَّ الله لا يَرْضَى أَنْ يُشْرَكَ مَعَهُ أَحَدٌ فِي عِبَادَتِهِ، لا مَلَكٌ مُقَرَّبٌ، وَلا نَبِيٌّ مُرْسَلٌ؛ وَالدَّلِيلُ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلاَ تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا﴾
“kedua: Sesungguhnya Allah tidak rida disekutukan dengan siapa pun dalam beribadah kepada-Nya, tidak dengan malaikat yang didekatkan dan tidak pula dengan Nabi yang diutus. Dalilnya adalah firman Allah ﷻ,
“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah. (QS. Al-Jinn: 18)
الثَّالِثَةُ: أَنَّ مَنْ أَطَاعَ الرَّسُولَ، وَوَحَّدَ اللهَ لا يَجُوزُ لَهُ مُوَالاةُ مَنْ حَادَّ اللهَ وَرَسُولَهُ، وَلَوْ كَانَ أَقْرَبَ قَرِيبٍ؛ وَالدَّلِيلُ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿لاَ تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُوْلَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الإِيمَانَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٍ مِّنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُوْلَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلاَ إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ﴾ [المجادلة: 22].
Ketiga: Barang siapa yang menaati Rasul dan mentauhidkan Allah, maka tidak boleh baginya untuk berwala’ (loyal) kepada orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, meskipun ia adalah kerabat dekatnya. Dalilnya adalah firman Allah ﷻ:
“Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, atau pun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung.” (QS. Al-Mujadilah: 22)
Artikel ini penggalan dari Buku Syarah Rukun Iman Karya Ustadz DR. Firanda Andirja, Lc. MA.
✴ Catatan kaki:
([14]) Lihat: Tafsir as-Sa’di, (hlm. 934).
([15]) HR. Abu Dawud No. 402 di dalam Az-Zuhd.