Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama menggambarkan bagaimana perbedaan kondisi orang mukmin seperti air yang mengalir dari teko dan orang munafik seperti kain basah yang dikaitkan dengan pengait besi. Mendengar ini tentu saja tak semua siap menghadapi kematian dan siapa di antara kita yang benar-benar siap dengannya?!
Namun, apakah kekhawatiran ini merupakan gangguan setan? Harus kita rinci terlebih dahulu.
🌟 Kekhawatiran atau ketakutan yang terpuji
Jika kekhawatiran atau ketakutan akan kematian tadi menjadikan seseorang lebih takut dalam melanggar perintah Allah ‘Azza Wajalla dan menjadikannya lebih taat kepada-Nya, maka kekhawatiran semisal ini tidaklah tercela. Kekhawatiran seperti ini dimiliki para salaf saleh. Hingga di akhir kehidupan mereka dipenuhi dengan tangisan, bukan karena takut dengan kematiannya, melainkan takut dengan apa yang akan menimpa mereka di hari kemudian.
‘Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu sering menangis ketika datang ke pemakaman. Ketika ditanya alasan tangisan tersebut, beliau menjawab bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama bersabda,
إنَّ القبرَ أوَّلُ مَنازلِ الآخرةِ ، فإن نجا منهُ ، فما بعدَهُ أيسرُ منهُ ، وإن لم يَنجُ منهُ ، فما بعدَهُ أشدُّ منهُ
“Sesungguhnya kubur ini adalah awal peristiwa akhirat. Siapa saja yang selamat di sana, maka setelahnya akan lebih mudah. Dan siapa saja yang tidak selamat, maka kondisi setelahnya akan lebih mengerikan.” (Shahih Ibnu Majah, no. 3461)
Bekal apa yang harus kita perbanyak untuk menghadapi kematian agar kita meninggal dengan tenang? Ketakwaan. Seorang penyair pernah mengatakan,
تزود من التقوى فإنك لا تدري إذا جن ليل هل تبقى إلى الفجر
“Berbekallah dengan ketakwaan! Karena engkau tidak tahu ketika malam menjelang,
apakah engkau tetap bertahan hidup hingga fajar menyingsing.”
Silakan baca artikelnya lewat tautan berikut⤵⤵
https://muslim.or.id/88368-takut-mati-adalah-gangguan-jin.html
(gwa-saudara-muslim-2).


 
                                    