TAUSIAH 17
Edisi Senin, 12 Agustus 2024 M / 7 Shafar 1446 H.
Dalam bahasa Arab, kata faaqir berasal dari kata faqr yang berarti ‘tulang punggung’ dan yang pertama (faaqir) berarti ‘orang yang patah tulang punggungnya’ karena demikian berat beban yang dipikulnya. Sedangkan kata ‘miskin’ berasal dari kata sakana yang dalam bahasa Arab berarti ‘diam’ atau ‘tenang’.
Dalam Bahasa Indonesia seringkali kita mendengar kata fakir digandengkan dengan kata lain yang semakna yakni miskin, sehingga menjadi fakir miskin. Fakir secara bahasa ialah lawan kata dari al-ghaniy (kaya), yaitu orang yang sedikit hartanya. Sedangkan miskin secara bahasa ialah lawan kata dari al-harakah (bergerak), yaitu sesuatu yang diam ketika hilang gerakannya. (Dalam Al Mausu’ah al- fiqhiyyah | hlm. 199 jilid ke-32).
Secara istilah fakir adalah seseorang yang tidak dapat mencukupi setengah dari kebutuhan pokoknya dan tanggungannya (istri dan anak), seperti kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Dan miskin adalah seseorang yang hanya dapat memenuhi setengah atau lebih kebutuhan pokoknya dan tanggungannya. Namun tidak dapat mencukupi seluruh kebutuhannya.
Kemiskinan dan kekayaan hanyalah ujian dari Allah buat hambaNya. Tidak semua orang yang diluaskan rezekinya merupakan tanda ia dimuliakan, begitu pula tidak semua orang yang disempitkan rezekinya berarti ia dihinakan (Al-Mawaddah Vol.46 1433 H). Kaum Faqir miskin memiliki keutamaan yang tidak dimiliki oleh orang-orang yang berada, diantaranya:
1. Faqir miskin adalah mayoritas penduduk surga
Dari Imran bin Husain, Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda “Saya melihat surga dan mayoritas penghuninya adalah orang-orang faqir.” (HR Al Bukhari:6547).
2. Mereka orang-orang pertama yang memasuki surga
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda “Fuqara kaum muslimin lebih dahulu masuk surga dari orang-orang kaya setengah hari, yaitu 500 tahun ” (Shahih Sunan at-Tirmidzi:2472).
3. Mereka rombongan yang pertama kali menuju al-Haudh (Telaga Nabi)
Rasulullah Shalallahu alaihi wasalam bersabda ” Orang-orang yang pertama kali mendatangi (telaga) adalah Fuqara Muhajirin yang rambutnya kusut, yang pakainnya lusuh. Jika melamar wanita-wanita kaya, ia akan ditolak dan jika meminta izin untuk masuk maka ia tidak akan diizinkan.” (HR. at-Thabrani 2/99,100, as-Shahihah:1082).
4. Faqir miskin orang-orang yang pertama kali melewati as-Shirath (jembatan di atas neraka Jahanam)
Dari Tsauban bahwa seorang lelaki Yahudi pernah bertanya kepada Nabi Shallallahu alaihi wasallam : “Di manakah manusia tak kala hari digantikannya bumi dengan bumi dan langit yang baru (QS. Ibrahim ayat 48)?” Beliau menjawab:” Mereka dalam kegelapan sebelum jembatan.” Ia bertanya lagi “Siapakah orang-orang yang pertama kali melewati jembatan?” Beliau menjawab, Fuqaranya kaum Muhajirin… (HR Muslim :135).
5. Kebanyakan pengikut para Rasul adalah Faqir miskin
Ini dibuktikan dalam firman-Nya : « Mereka berkata : “Apakah kami akan beriman kepadamu, Padahal orang-orang yang mengikuti kamu adalah orang-orang yang hina?” (QS : as-Syu’ara[26]:111).
Hiraklius Kaisar Romawi bertanya kepada Abu Sufyan tentang Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, “Saya menanyakan kepadamu, apakah yang mengikutinya para pembesar atau orang-orang lemah? Engkau jawab bahwa yang mengikutinya adalah orang-orang lemah dan memang mereka pengikut para Rasul.” (HR Bukhari:7).
6. Jika bersumpah dengan nama Allah akan dikabulkan
Dari Haritsah bin Wahb al –Khuza’i ia mendengar Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda: “Maukah kalian kuberitahukan tentang penduduk surga? Yaitu semua orang yang lemah lagi diremehkan (karena keadaannya di dunia). Jika mereka bersumpah dengan nama Allah maka akan dikabulkan.” (HR al-Bukhari:4918).
7. Tidak dikuatirkan Rasulullah
Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam tidak khawatir umatnya mengalami kefaqiran, justru beliau khawatir terhadap orang-orang kaya. Dari Abu Ubaidah Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda: “Demi Allah, tidaklah kefaqiran itu aku takutkan bagi kalian, tetapi aku khawatir dunia ini dilapangkan bagi kalian layaknya telah dilapangkan bagi orang-orang sebelum kalian, lalu kalian akan berlomba-lomba mengejarnya sebagaimana mereka terdahulu, lalu ia akan melalaikan kalian sebagaimana telah melalaikan mereka.” (HR. al-Bukhari:6425).
8. Pertolongan dan rezeki dari Allah
Pertolongan dan rezeki dari Allah disebabkan dengan doa orang-orang yang lemah, shalat dan keikhlasan mereka. Dari Sa’d, Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda: “Allah hanya menolong umat ini karena orang-orang lemah mereka dengan doa, shalat dan keikhlasan mereka.” (HR.an-Nasa’I 2/65 as-Shahihah:779).
9. Melembutkan hati orang yang mencintai kaum miskin
Mencintai kaum miskin dapat mendorong keikhlasan, menghilangkan kesombongan dan melembutkan hati. Seseorang pernah mengadukan tentang kerasnya hatinya kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam, maka beliau bersabda: “Jika kamu ingin melembutkan hatimu, berilah makan orang miskin dan usaplah kepala anak yatim.” (HR. Ahmad 2/263, as-Shahihah:854),
10. Neraka bagi yang enggan memberi makan kaum miskin
Enggan memberi makan kaum miskin merupakan salah satu sifat dari penduduk neraka. Seperti dijelaskan dalam surat al-Haqqah ayat 34 : “Dan juga dia tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin.”
11. Siksaan bagi yang menghalangi orang miskin
Disegerakan siksaan bagi orang yang menghalangi memberikan kaum miskin. Dikisahkan dalam surat al-Qalam ayat 17-27 tentang pemilik kebun yang berniat menghalangi memberikan sebagian panennya kepada orang-orang miskin, lalu Allah membuat tanamannya hancur pada malam hari.
“dan mereka tidak menyisihkan (hak fakir miskin), lalu kebun itu diliputi malapetaka (yang datang) dari Tuhanmu ketika mereka sedang tidur”, (Al Qalam:18-19).
12. Mendapat Ampunan
Memberi makan di hari kelaparan, termasuk sebab mendapat ampunan. Baik diberikan kepada anak yatim yang ada hubungan kerabat atau kepada orang yang sangat faqir. Allah menyebut orang ini dengan golongan kanan. QS. Al-Balad ayat 18 : “Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan.”
13. Pilihan dalam Kafarat Puasa
Islam menyebut kaum miskin sebagai salah satu pilihan dalam kafarat puasa (QS. Al-Baqarah [2]:184),(QS. Al-Mujadilah[58]:4) dan sumpah. (QS.al-Ma’idah[5]:89) : Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak…)
14. Mendapat bagian Warisan
Kaum miskin yang menghadiri pembagian warisan berhak mendapat bagian (QS. An-Nisa[4]:8).
“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.”
15. Diutamakan dalam pemberian nafkah
Dalam pemberian nafkah, kaum miskin diutamakan setelah kedua orang tua, dan kerabat dekat (QS.al-Baqarah [2]:215).
“Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: “Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan”. Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.”
16. Berhak Menerima Harta Ghanimah
Kaum miskin adalah salah satu yang berhak menerima harta Ghanimah (rampasan perang) (QS. Al-Anfal[8]:41), zakat (QS.at-Taubah[9]:60) dan Fai. (QS. Al-Hasyr[59]:7) : “Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.”
17. Nabi berdoa agar dihidupkan dalam keadaan tawadhu seperti kebanyakan orang miskin
Beliau berdoa “ Ya Allah hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, matikan aku dalam keadaan miskin dan bangkitkan aku bersama kelompok orang-orang miskin.”
Al-Baihaki berkata: Beliau Shalallahu alaihi wasallam (dalam hadits ini) tidaklah meminta kemiskinan yang bermakna miskin papa, namun yang dimaksud adalah merendahkan diri dan tawadhu.” (HR at-Tirmidzi:2353).
🌏 Semoga bermanfaat…
(gwa-swhs-ayat).