SURABAYA-kanalsembilan.com (9 September 2025)
Penggunaan katalis konvensional yang menggunakan bahan anorganik dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Menilik permasalahan tersebut, Guru Besar ke-228 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Dr techn Endry Nugroho Prasetyo SSi MT meneliti teknologi enzimatik untuk mengubah paradigma katalis konvensional.
Profesor dari Departemen Biologi ITS ini menyatakan secara sederhana bahwa katalis merupakan zat yang berfungsi untuk mempercepat reaksi. Katalis saat ini umumnya berbasis metal yang bersifat acak saat bereaksi dan berbahaya bagi lingkungan. Mikroorganisme dapat menghasilkan enzim yang menjadi biokatalis, seperti laccase, chymosin, dan asparaginase. “Enzim dapat menjadi alternatif penyelesain dari kerusakan lingkungan akibat katalis konvensional,” terangnya.
Endry memaparkan, salah satu penerapan biokatalis ada pada reaksi enzimatik terhadap biomassa. Penggunaan enzim dapat mempercepat degradasi pada digester karena dilakukan pre-treatment untuk phenolic compound yang bersifat aromatik. Dengan menggunakan enzim kelas oksidoreduktase yang mengoksidasi phenolic compound hingga putus, biomassa yang terdiri dari sampah organik tersebut dapat terdegradasi dengan baik.
Lebih lanjut, lelaki asal Sumenep tersebut membawa kebaruan keilmuan yang berdampak baik ke lingkungan. Melalui penelitiannya, ia mengimobilisasi rokok filter dengan enzim laccase yang dapat menurunkan 40 persen kadar toksin rokok. Selain itu, dengan bantuan enzim Cellobiose Dehydrogenase, dapat mempercepat proses desizing ke proses bleaching di dunia tekstil. “Contoh alami enzimatik ada pada hubungan terumbu karang dan hewan laut yang mengeluarkan urine,” ungkapnya.
Tak hanya sekadar penelitian, alumnus S2 Teknik Lingkungan ITS tersebut turut melakukan pengabdian kepada masyarakat di Pulau Poteran, Sumenep. Dengan menggunakan enzim hidrolase, Endry dan tim menyediakan pupuk organik yang mengandung mikroba untuk mendegradasi biomassa agar menjadi pupuk organik. “Lewat pengabdian tersebut, kami juga melakukan penyuluhan bagaimana cara menanam yang baik,” ujar lelaki berkacamata itu.
Profesor yang memiliki riset di ranting ilmu enzimologi ini berharap agar industri yang menggunakan katalis konvensional dapat bertahap berganti ke biokatalis sebagai alternatif keberlanjutan lingkungan. Juga melalui penelitiannya, ia berharap agar mahasiswa yang diajarnya dapat semakin sejahtera. “Saya mendedikasikan diri saya untuk pro mahasiswa dan ingin mengubah nasib mereka,” tutupnya menegaskan.
Dengan dikukuhkannya profesor ke-228 ITS ini, Kampus Pahlawan ini juga mendukung upaya riset yang selaras dengan Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke-4 yang berfokus pada pendidikan berkualitas. Terlebih lagi, rencana penelitian tersebut sesuai dengan poin ke-9 SDGs tentang infrastruktur, industri, dan inovasi karena keterbaruan riset yang ditawarkan. (za).