Ada dua pendapat:
1. Sholat menghormati waktu
Adalah tidak mungkin melakukan sholat secara sempurna di pesawat karena air untuk wudhu terbatas, debu untuk tayamum tidak ada (berprinsip bahwa debu yang dimaksud harus benar benar debu), arah kiblat senantiasa berubah, dll. Oleh karena itu di pesawat cukup menghormati waktu sholat. Saatnya dhuhur ya hormat waktu dhuhur, saat nya ashar juga, dst.
Semua sholat yang ditinggalkan diganti seluruhnya waktu pesawat sudah mendarat.
2. Sholat dalam keadaan apapun
Tetap sholat dalam keadaan apapun ketika waktunya tiba. Untuk tayamum memakai debu seadanya di kursi, kaca pesawat dll dengan keyakinan pasti ada debu di situ walaupun dalam jumlah mikroskopis. Sholat semampunya sambil duduk dengan gerakan isyarat. Kiblat mengikuti arah pesawat. Setelah sampai di tujuan, ada dua opsi, mengganti sholat lagi atau tidak mengganti.
Saya pribadi mengambil opsi kedua dan tidak mengganti setelah pesawat mendarat jika waktunya habis.
Bagaimana dengan ngana.