Wednesday, September 18, 2024
Google search engine
HomeTausiyahTidak Mampu Duduk Tawarruk, Bolehkah Iftirasy?

Tidak Mampu Duduk Tawarruk, Bolehkah Iftirasy?

Tidak Mampu Duduk Tawarruk, Bolehkah Iftirasy?

Pertanyaan :

بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Semoga Ustadz dan keluarga selalu dalam kebaikan dan lindungan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Kalau pas shalat bagian tasyahud akhir saya tidak bisa duduk tawarruk (pantat menempel ke lantai), karena saya berbadan gemuk, jadi pas mau tasyahud akhir kehalang sama paha kaki. Sah enggak shalatnya?

Jawaban :

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ

بِسْـمِ اللّهِ

Alhamdulillāh
Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu ‘alaa rasulillaah, Amma ba’du.

1-Duduk tawarruk (pantat menempel ke lantai) disyari’atkan pada waktu duduk di tasyahud akhir.
Hal ini berdasarkan hadits Abu Humaid As-Sa’idiy berikut ini:

عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ عَطَاءٍ، أَنَّهُ كَانَ جَالِسًا مَعَ نَفَرٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَذَكَرْنَا صَلاَةَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ أَبُو حُمَيْدٍ السَّاعِدِيُّ: أَنَا كُنْتُ أَحْفَظَكُمْ لِصَلاَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «رَأَيْتُهُ إِذَا كَبَّرَ جَعَلَ يَدَيْهِ حِذَاءَ مَنْكِبَيْهِ، وَإِذَا رَكَعَ أَمْكَنَ يَدَيْهِ مِنْ رُكْبَتَيْهِ، ثُمَّ هَصَرَ ظَهْرَهُ، فَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ اسْتَوَى حَتَّى يَعُودَ كُلُّ فَقَارٍ مَكَانَهُ، فَإِذَا سَجَدَ وَضَعَ يَدَيْهِ غَيْرَ مُفْتَرِشٍ وَلاَ قَابِضِهِمَا، وَاسْتَقْبَلَ بِأَطْرَافِ أَصَابِعِ رِجْلَيْهِ القِبْلَةَ، فَإِذَا جَلَسَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ جَلَسَ عَلَى رِجْلِهِ اليُسْرَى، وَنَصَبَ اليُمْنَى، وَإِذَا جَلَسَ فِي الرَّكْعَةِ الآخِرَةِ قَدَّمَ رِجْلَهُ اليُسْرَى، وَنَصَبَ الأُخْرَى وَقَعَدَ عَلَى مَقْعَدَتِهِ»

Dari Muhammad bin ‘Amru bin ‘Atha’, bahwasanya dia duduk bersama beberapa orang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka bercerita tentang shalatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Maka Abu Hamid As Sa’idi berkata, “Aku adalah orang yang paling hafal dengan shalatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Aku melihat beliau, jika bertakbir beliau mengangkat kedua tangannya sejajar dengan kedua pundaknya, jika rukuk maka beliau menempatkan kedua (telapak) tangannya pada keuda lututnya, kemudian beliau meluruskan punggungnya. Jika mengangkat kepalanya, beliau berdiri lurus hingga seluruh tulung punggungnya kembali pada tempatnya. Dan jika sujud maka beliau meletakkan tangannya dengan tidak menempelkan lengannya ke tanah atau badannya, dan beliau menghadapkan jari-jari kakinya ke arah kiblat. Apabila duduk pada rakaat kedua, beliau duduk di atas kakinya yang kiri dan menegakkan kakinya yang kanan. Dan jika duduk pada rakaat terakhir, maka beliau memasukkan kaki kirinya (di bawah kaki kananya) dan menegakkan kaki kanannya dan beliau duduk pada pantatnya.” (HR. Bukhori, no. 828)

BACA JUGA

Penjelasan Ringkas Tentang Duduk Istirahat Dalam Sholat

Posisi Duduk Tasyahud Akhir dalam Sholat Qoshor

https://islamqa.info/id/answers/104434/bagaimana-duduknya-orang-yang-tidak-dapat-duduk-iftirasy-dalam-shalat

Shalat Dengan Duduk Ketika Sakit

2-Jika tidak mampu duduk tawarruk.
Ketika seseorang tidak mampu duduk tawarruk, atau tidak mampu melakukan apa saja di dalam sholat, maka tidak mengapa. Seorang hamba dapat melakukannya sesuai dengan kemampuannya.
Allah Ta’ala berfirman:

فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ

“Maka bertakwalah kalian kepada Allah semampu kalian”. (QS. At Thaghabun/64: 16)

Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak membebani hamba-Nya kecuali sesuai dengan kemampuannya. Allah Ta’ala berfirman:

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami keliru. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma’aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.”
(QS. Al-Baqoroh/2: 286)

Oleh karena itu Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada ‘Imron bin Hushain saat dia sakit:

صَلِّ قَائِمًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا , فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ

“Shalatlah dengan berdiri, jika tidak mampu maka dengan duduk, jika tidak mampu, maka dengan miring”.
(HR. Bukhori, no. 1066; Abu Dawud, no. 952; Ibnu Majah, no. 1223; Ahmad, no. 19832)

Begitulah kasih sayang dan kemurahan Allah kepada hamba-hamba-Nya. Maka kita tidak perlu khawatir jika tidak mampu melakukan sesuatu yang disyari’atkan, sholat anda tetap sah. Wallohu a’lam bish sowab.

Wallahu a’lam.

Disusun oleh:
Ustadz Muslim Al-Atsari حفظه الله
Jumat, 30 Muharram 1442 H/ 18 September 2020 M

(gwa-majelis-ilmu-3.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments