A. Tujuan Agen Syiah Imad Bin Sarman Membegal Nasab Habaib.
Kelompok Syiah terindikasi berdinamika membangun kekuatan untuk mensyiahkan Indonesia melalui berbagai saluran dakwah. Termasuk dengan memalsukan nama aslinya agar meyakinkan dengan nama yang mentereng KH. IMADUDIN USMAN, Padahal nama aslinya Imad bin Sarman, Cina benteng Tangerang. Dari nama saja sudah menipu apalagi tesisnya sudah pasti menipu untuk menyesatkan umat. Begitulah cara mafia syiah menarget muslim awam dibohongi dengan bungkusan Tesis agar seolah ilmiah.
Dalam bab ini kami akan fokus menyoroti soal indikasi agen syiah bernama asli Imad bin Sarman yang mulai frontal berani menyerang Habaib di ceramah ceramahnya dengan tuduhan bahwa para Habaib di Indonesia palsu. Gerakanya ini terindikasi sebagai trik syiah untuk menggeser pengaruh Habaib agar syiah punya panggung dan bisa menunggangi NU untuk gerakan politik menguasai Indonesia.
Gejala gejala tersebut harus cepat di netralisir untuk diredam agar tidak menimbulkan pertumpahan darah. Bagi muslim yang berilmu mungkin tidak berpengaruh. Tetapi bagi muslim awam yang pengetahuan islamnya masih tipis bisa terprovokasi oleh ulah agen syiah yang sepertinya sengaja ingin membuat keonaran dan tidak suka melihat umat islam di indonesia hidup dengan damai.
Adalah agen syiah yang mengatakan Habaib di Indonesia palsu, nasabnya terputus dengan nabi di jalur Abdullah/Abdillah/Ubeidillah yang dinukil dari kitab karangan ulama Syiah dengan menafikan pendapat kitab lain yang lebih representatif.
Trik argumentasi yang dipakai dengan taqiah dibungkus tesis S2 untuk mengelabuhi publik seolah perdebatanya ilmiah.
Kalau mau jujur, justru kualitas tesisnya yang harusnya dipermasalahkan karena tak ubahnya hanya menyimpulkan isi kitab sajaroh mubarokah menurut pemahaman syiah untuk membenci habaib.
Publik bisa menebak arah dan tujuan tesis nya untuk kepentingan apa.
Dilihat isi pemaparan tesisnya dan referensi yang dipakai kitab sajaroh mubarokah yang diterbitkan syiah tahun 1419H, sepertinya kelompok ini berafiliasi dengan syiah yang menafikan pendapat ulama diluar syiah.
Hal ini diperkuat dengan ngototnya agen Syiah membelokan pemahaman bahwa di Yaman hanya syiah zaidiyah yang keturunan nabi.
Artinya ada korelasi motivasi tesisnya dengan kelompok syiah zaidiyah yaman yang dengan kekuasaanya mengklaim sebagai satu satunya zuriat nabi di Yaman.
Keturunan nabi yang menolak paham Syiah dan bukan pendukung Houthi dicap bukan keturunan nabi termasuk keturunan nasab Ba’alawi di Indonesia dikeluarkan dari daftar zuriat nabi karena menolak gerakan syiah di Indonesia.
Di Yaman Syiah zaidiyah populasinya 35%, 65% suni bermazhab Syafii atau ahlusunah waljama’ah seperti di Indonesia.
Syiah zaidiyah mirip suni karena dulunya suni yang direkrut, kemudian dibelokan pemahamanya dengan propaganda pencatutan sebagai keturunan nabi. Banyak suni awam yang ketipu taqiahnya kelompok syiah.
Belajar dari gerakan politik syiah zaidiyah yang membrontak menguasai pemerintahan. Kelompok syiah harus diwaspadai sebagai gerakan yang bisa mengancam kondusifitas islam indonesia yang mayoritas suni bermazhab Syafii atau ahlusunah waljama’ah.
Agen syiah yang menyusup jadi pengurus NU bukan tidak mungkin ingin menggunakan NU sebagai tunggangan gerakan politik syiah untuk menguasai pemerintahan. Indikasi ini diperkuat pada era Said Agil Siraj banyak santri NU yang study ke pusat syiah Qum Iran.
Pembegalan nasab Habaib untuk menuduh nasab Habaib di Indonesia palsu terindikasi sebagai trik syiah menguasai NU dengan menyingkirkan pengaruh Habaib yang tegas menolak gerakan syiah di Indonesia.
B. Tesis Imad Bin Sarman Bukan Penelitian IlmiahTapi Hanya Jiplakan Isi Kitab Syajaroh Mubarokah. Tak Layak Disebut Tesis.
Banyak pihak yang mengecam tesis yang tidak penuhi standar ilmiah bisa lolos. Patut dicurigai sebagai persekongkolan dosen pro syiah untuk menghantam para Habaib.
Tesis nya bukan penelitian, hanyalah copy paste isi kitab Sajaroh mubarokah yang disimpulkan dengan nafsunya.
Dari segi judul dan hipotesa subjectivitasnya dominan. Penulis punya kebencian dengan Habaib, bikin tesis untuk menghantam. Sedangkan ilmu dikatakan ilmiah harus netral dan objective bukan jadi alat kepentingan nafsu.
Tesis yang dibuat dilatarbelakangi emosi, tidak netral maka akan ada kecenderungan manipulasi data untuk mendukung hipotesa sesuai keinginan nafsunya. Jelas ini tidak dibenarkan dalam penyusunan tesis.
Tesis dari hasil searching di google, tidak lebih disebut plagiator atau copy paste. Tidak layak disebut tesis, tidak bisa dikatakan penelitian.
Kalau penelitian harusnya secara fisik datang ke yaman dan Irak, lakukan observasi, cari data dari berbagai sumber yang lengkap, apalagi tesisnya untuk membelokan pemahaman. Janganlah copy paste di klaim sebagai penelitian, jelas tidak ilmiah.
Manuskrip atau kitab bukan satu satunya alat untuk mengungkap kebenaran sejarah.
Bukan berarti sejarah atau peristiwa yang tidak di bukukan atau tercatat dalam manuskrip bersifat bohong. Bukan berarti sejarah yang terjadi 5 abad yang lalu kemudian baru ditulis 5 abad kemudian berarti palsu. Sejarawan secara ilmiah sah menulis peristiwa 100 abad lalu berdasarkan petunjuk arkeologi sejarah seperti fosil, prasasti, candi, masjid kuno, benda kuno, pemakaman kuno dll.
Jangan karena pemikiranya tidak sepaham lalu ada bukti sejarah lain seperti petunjuk pemakaman keluarga lalu menuduh makam palsu hanya berdasarkan asumsi, jelas ini tidak fair.
Ketika sebuah keluarga tidak memiliki catatan nasab karena mungkin berbagai faktor seperti bukan aktor utama dalam sejarah, bukan nabi, bukan raja, bukan pahlawan atau bukan tokoh panglima perang sehingga tidak ada sejarawan atau penulis yang tertarik bikin kitab. Lalu satu abad kemudian keluarganya ada yang peduli mencatatkan riwayat dan nasabnya. Hal ini tentu tidak bisa dikatakan catatanya palsu dengan tuduhan subjective, pencangkokan, penyusupan nama dll. Karena tentu ada proses yang dilalui seperti pengumpulan informasi dari semua keturunan untuk dibukukan. Hal ini terjadi seperti proses penyusunan kitab Burqoh karangan Habib Ali Asakron yang memiliki 15 referensi tentu secara ilmiah lebih lengkap bisa dijadikan rujukan yang valid dibanding kitab sajaroh mubarokah yang tidak memiliki referensi dan terindikasi sebagai versinya syiah walaupun ditulis pada jamanya.
Fakta banyak keturunan nabi yang tidak tetcatat dalam sejarah atau kitab atau manuskrip dengan berbagai alasan pada kondisi jamanya. Seperti untuk keselamatan dari kejaran pembunuhan, untuk ketawadu’an supaya fleksibel dalam pergaulan sosial dll. Buktinya banyak zuriat nabi yang tidak mau disebut Habib. Tapi bukan berarti dengan keterbatasan informasi orang bisa menuduh zuriat palsu karena tidak ada bukti manuskrip atau penerbitan buku.
Logika ilmiah mengatakan orang yang bersangkutan lebih tau nasabnya dibanding orang diluar keluarga. Apalagi hukum nikah islam mewajibkan wali nikah yang secara logika ilmiah sulit terputusnya nasab dalam tradisi arab.
Kecuali syiah yang membolehkan kawin kontrak tanpa wali nikah, mirip perzinahan anak tidak tau bapaknya.
Bahwasanya ulama telah sepakat kitab nasab satu sama lain saling melengkapi dengan pertimbangan tidak ada manusia yang sempurna.
Informasi nasab yang paling valid justru dari keluarga yang bersangkutan apalagi bangsa Arab punya tradisi paling teliti pencatatan nasab. Nama harus tiga suku kata, dicantumkan BIN.
Kitab sajaroh mubarokah yang dijadikan rujukan tesis agen syiah menyebut anak Ahmad bin Isa Almuhajir antaralain: Husein, Ali, Muhamad. Tidak disebutnya Abdullah/Abdillah/Ubeidillah, terus dijadikan kesimpulan dalam tesisnya bahwa Ba’alawi terputus nasabnya dan menuduh nasab Habaib di Indonesia palsu.
Kalau mau jujur kitab nasab abad 3 dan 4 ada lebih dari 50 kitab, tapi kenapa tesisnya hanya nukil satu kitab saja. Disini jelas secara subjective pembuat tesis hanya nukil referensi yang pas dengan kesimpulan hipotesisnya. Tidak berani nukil kitab lain yang bisa membatalkan kesimpulan hipotesanya. Padahal lebih dari 4 kitab menyebut Abdullah/Abdillah/Ubeidillah anak dari Ahmad bin Isa Almuhajir yang didukung kevalidanya oleh semua Ulama Ahlusunah wal jamaah sepakat tidak ada yang menolak. Artinya tesis yang dibuat agen syiah menafikan sumber referensi lain yang lebih valid.
Jadi jelas Tesisnya hanya copy paste dari isi kitab Sajaroh mubarokah yang disimpulkan dengan nafsunya.
Kesimpulan hipotesa tesisnya justru bertolak belakang dengan penulis kitab aslinya yang mengatakan sepengetahuanya Ahmad bin Isa Almuhajir memiliki anak Ali, Husein, Muhamad. Artinya tidak menutup kemungkinan ada yang lain dan sangat jelas di kitab lain seperti Abnaul Iman, Assuluk, Burqoh karangan Ali Asakron ulama besar dari kalangan suni yang ahli hadits dan Hafal Qur’an mengambil referensi dari 15 ulama mashur dalam kitabnya disebut Abdullah/Abdillah/Ubedilah anak dari Ahmad bin Isa Almuhajir. Tentunya lebih valid dibanding kitab sajaroh mubarokah yang dikarang tanpa menyebut sumber referensi.
Secara ilmiah tidak cukup bukti dan tidak kuat hanya menukil kitab sajaroh mubarokah lalu berkesimpulan Abdullah/Abdillah/Ubedilah bukan anak Ahmad bin Isa.
Harus ada manuskrip atau kitab lain yang membantah bahwa Abdullah/Abdillah/Ubedilah bukan anak Ahmad bin Isa tetapi anak si Fulan.
Dengan tidak ditemukanya kitab yang membantah seperti tersebut maka memperkuat bahwa Abdullah/Abdillah/Ubeidillah adalah anak Ahmad bin Isa. Karena kitab sajaroh mubarokah hanya menulis muhamad, Ali, Husein sebagai anak Ahmad bin Isa tentu tidak menutup ada anak lain yang tidak diketahui penulis dan ternyata ada kitab lain yang menulis Abdullah/Abdillah/Ubedilah anak Ahmad bin Isa.
Kesimpulannya tesis yang dibuat agen syiah yang menulis Abdullah/Abdillah/Ubedilah nasabnya ke nabi terputus sudah terbantah secara logika ilmiah. Dan agen Syiah yang gembar gembor menuding Habaib di Indonesia palsu dikategorikan provokasi kebencian, bisa dipidana.
Pertanyaanya apakah agen syiah yang bikin tesis tersebut hanya bisa baca kitab kuning tapi tidak mampu memahami makna dan isinya atau sengaja bikin tesis untuk provokasi. Patut dicurigai aktifitasnya selama ini belajar bahasa arab, nahwu shorof, menulis kitab dan bikin pesantren punya agenda untuk pembelokan pemahaman islam dengan target menggeser pengaruh habaib agar bisa leluasa menyebarkan paham syiah di Indonesia.
Kecurigaan tersebut ada korelasi dengan sosok agen syiah ini yang terindikasi asal usulnya misterius, dicurigai aslinya cina benteng Tangerang yang bernama asli Imad Bin Sarman. Mungkin ada kaitannya dengan usaha cina menggeser pengaruh Habaib di Indonesia agar mudah caplok Indonesia. Penyusupan ini lazim disebut sebagai operasi intelijen.
C. Kepalsuan Kitab Syajaroh Mubarokah Yang Tidak Di Kenal Dan Tidak Dijadikan Rujukan Oleh Ulama Mashur.
Banyak yang menyangsikan kitab Syajaroh Mubarokah dikarang oleh ulama terkenal Fakhru Razi yang wafat tahun 606H.
Sedangkan kitab Syajaroh Mubarokah diterbitkan Syiah tahun 1419H. Penyandaran ke Fakhru Razi sebagai pengarang jelas tidak nyambung, terpaut jauh. Terputus riwayatnya antara pengarang dan tahun terbitnya 800 tahun.
Banyak ulama yang menyebut sebenarnya kitab Syajaroh mubarokah karangan ulama Syiah yang punya kemiripan nama dengan ulama terkenal Fakhru Razi.
Jadi nama mirip tapi beda orang. Hati hati, harus diwaspadai, ini cara syiah membolak balik pemahaman islam sebagai trik untuk merekrut anggota dengan pola permainan seperti ini.
Kedepanya bukan tidak mungkin kitab kitab karangan ulama suni mazhab Syafi’i atau ahlusunah waljama’ah akan dituduh palsu oleh agen syiah dengan dibuat Tesis agar seolah olah ilmiah dan dipercaya sebagai penelitian yang valid.
Ada indikasi merekayasa kebohongan dengan bungkusan ilmiah. Tujuanya jelas, ini trik syiah agar umat islam berganti dengan kitab kitab syiah sebagai upaya mensyiahkan Indonesia. Makanya kitab Syajaroh Mubarokah selama ini tidak ada satupun ulama ahli nasab dari kalangan suni bermazhab Syafi’i atau ahlusunah waljama’ah yang menggunakanya karena dianggap kurang valid, tidak mencantumkan sumbernya atau daftar pustakanya.
Kitab ini patut dicurigai sebagai akal akalan syiah mengaburkan pemahaman untuk kepentingan syiah.
Ada kitab nasab abad ke 5 yg lebih dulu daripada syajaroh mubarokah yaitu Kitab ABNAUL IMAM yang menyebutkan Nama Abdullah/Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir. Kitab ini meruntuhkan klaim tesis imad bin sarman bahwa nasab BA’ALAWI terputus 550 tahun.
Kitab syajaroh mubarokah masih diperdebatkan keasliannya sedangkan kitab ABNAUL IMAM jelas kitab ASLI yg secara sepihak dianggap palsu oleh agen syiah dengan dalih ada PENAMBAHAN
Kuat mana kitab yg diperselisihkan ke-ASLI-annya dibanding kitab ASLI yg ada tambahannya…?
Perlu diketahui dalam hasanah keilmuan PENAMBAHAN itu diperbolehkan bahkan dianjurkan jika menjadi syarh/penjelas/pelengkap dengan syarat selama masih bisa dibedakan mana naskah yg asli dan mana yg tambahan dengan metode “PEMBATAS”
Metode “PEMBATAS” tsb memakai tanda kurung (…..) diluar tanda kurung berarti tambahan/ keterangan; atau dengan tanda garis ____ naskah yg diatas garis asli dan yg dibawah garis adalah tambahan/keterangan, jadi hal yg semacam ini biasa dalam kitab para Ulama.
Metode ini tidak di pahami agen syiah. Belum nyampai ilmunya.
Kitab ABNAUL IMAM juga sama yg tambahan adalah tokoh yg hidup setelah wafatnya imam Abul Mu’ammar Ibnu Thoba-thoba (478 H) dan ini sudah dijelaskan di muqoddimah atau permulaan kitab, sehingga berdasar “PEMBATAS” ini, Maka penyebutan ABDULLAH (383 H)/ Ubaidilllah dapat dipastikan itu adalah naskah yg asli bukan naskah tambahan
Diperdebatkan lagi
ABDULLAH bukan UBEIDILLAH ?
Dalam kitab Alburqoh dijelaskan bahwa Abdulloh punya nama panggilan lain Ubedilah yang artinya “Hamba kecil Allah”.
Nabi Isa, Beliau mengabarkan akan datang Nabi Akhir zaman, Bernama AHMAD, Tapi ternyata setelah kurang lebih 600 tahunan yg muncul adalah Nabi akhir zaman yg bernama MUHAMMAD
Darimana tau AHMAD & MUHAMMAD adalah orang yg sama. Apakah Al-Qur’an menjelaskan…?
Gak ada!
Tau nya adalah dari Hadits yg menjadi penjelas dari Al-Qur’an, saling melengkapi
Nah, begitu juga kitab NASAB abad dulu itu dijelaskan oleh kitab NASAB abad selanjutnya sehingga saling melengkapi dan banyak ULAMA’ ahli nasab yg mengatakan bahwa Abdullah & Ubaidillah adalah satu orang yg sama, salah satunya Imam Azzabidi dalam kitabnya ARROUDHUL JALI, begitu juga Ibnu Hajar dll
Kira-kira agen syiah ini kalo hidup dizaman jahiliyah percaya sama Nabi Muhammad apa masih menunggu Nabi Ahmad karena menganggap beda orang.
Kembali ke kitab ABNAUL IMAM, intinya kitab ini sangat bisa dengan mudah dibedakan mana naskah yg asli dan mana naskah yg tambahan
Dan perlu diketahui kitab ini masih dijadikan rujukan oleh Para Ulama’ Ahli Nasab dunia.
secara nahwu agen syiah salah memahami kitab, karena dikitab SAJAROH MUBAROKAH itu memakai kalimat AMMA = Adapun.. anaknya 3
Bukan kalimat INNAMA = hanya.. 3 anak
Tidak ada satupun Ulama’ yg memaknai kalimat AMMA menjadi adat hashr yg bermakna = HANYA Kecuali imad saja
Memang itu jumlah ismiyah yg bermakna kuat informasinya, tapi itu bukan adat HASHR sehingga SALAH kalo dimaknai HANYA.
Kalo bermakna ADAPUN, berarti masih ada anak lain yg tidak disebutkan.
Artinya jika ada kitab lain yang melengkapi dengan menjelaskan bahwa Abdulloh adalah anak dari Ahmad bin Isa. Maka tesis Imad terbantahkan. Faktanya ada lebih dari 4 kitab yang menjelaskan Abdullah adalah anak Ahmad bin Isa.
Tesis Imad bin Sarman tak beda jauh dengan produk hoax berbungkus tesis.
Penulis N.Ali Aljavani. Kritik & Saran wa 0858 1191 3991. Disadur dari buku: Dakwah era nabi dan pasca kenabian di tengah gempuran SYIAH-WAHABI yang meretakan islam, penulis N. Ali Aljavani. Tersedia di toko online shopee, tokopedia, lazada, bukalapak dll.