Oleh: Mangesti Waluyo Sedjati
08 Januari 2025
Pendahuluan
Dalam dinamika global yang terus berubah, kelompok BRICS (Brazil, Russia, India, China, South Africa) telah muncul sebagai pemain utama dalam membentuk ulang tatanan dunia. Pada Januari 2025, Indonesia secara resmi bergabung sebagai anggota penuh BRICS, menjadikan kelompok ini semakin kuat dan inklusif. Dengan lebih dari 45% populasi dunia dan kontribusi ekonomi yang mendominasi panggung internasional, BRICS menjadi tameng strategis bagi anggotanya, sekaligus penantang utama dominasi Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Barat.
1. Kekuatan Ekonomi BRICS
1.1. Produk Domestik Bruto (PDB) Kolektif
BRICS kini mencakup lebih dari $27 triliun dalam PDB nominal, menyamai PDB Amerika Serikat. Berdasarkan paritas daya beli (PPP), kontribusi BRICS terhadap PDB global mencapai 35%, dibandingkan dengan 15% dari AS. Indonesia, dengan PDB sekitar $1,5 triliun pada 2024, memperkuat posisi ini dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara.
• China: Kontributor utama, dengan PDB sekitar $17,4 triliun (2023).
• India: PDB sebesar $3,7 triliun (2023), tumbuh lebih dari 6% per tahun.
• Brazil: Ekonomi agrikultur global dengan PDB $2,1 triliun (2023).
• Rusia: Salah satu eksportir energi terbesar dunia, dengan PDB $1,8 triliun (2023).
• South Africa: PDB sebesar $400 miliar, mendukung perdagangan mineral global.
Sumber: IMF World Economic Outlook (2024).
1.2. Kekayaan Sumber Daya
BRICS memiliki kekayaan sumber daya alam yang strategis:
• Energi: Rusia dan Brazil mendominasi sektor minyak, gas, dan bioenergi.
• Mineral: South Africa memimpin pasar emas dan platinum global.
• Pertanian: Brazil sebagai eksportir utama kedelai dan daging.
• Indonesia: Pemasok utama batubara, minyak sawit, dan nikel, yang sangat dibutuhkan dalam transisi energi global.
1.3. New Development Bank (NDB)
NDB menjadi simbol kekuatan finansial BRICS, memberikan pinjaman pembangunan sebesar $30 miliar sejak 2015. Indonesia kini memiliki akses langsung ke pendanaan ini untuk proyek infrastruktur strategis seperti kereta cepat dan transisi energi bersih.
Sumber: NDB Annual Report (2023).
1.4. Dedolarisasi
BRICS terus meningkatkan penggunaan mata uang lokal untuk perdagangan antaranggota, mengurangi dominasi dolar AS. Pada 2024, 25% perdagangan intra-BRICS dilakukan dalam Yuan, Rubel, dan Rupee. Indonesia juga memulai perdagangan bilateral dengan China menggunakan Yuan sejak 2023.
Sumber: Financial Times (2024).
2. Kekuatan Geopolitik BRICS
2.1. Melawan Hegemoni AS
BRICS menjadi platform utama untuk menantang dominasi geopolitik AS dan sekutunya:
• Rusia dan China: Menentang kebijakan unilateral AS, termasuk sanksi ekonomi dan perluasan NATO.
• India dan Indonesia: Menjaga kebijakan luar negeri independen, memperkuat BRICS sebagai kekuatan netral.
• Brazil dan South Africa: Membawa isu-isu ketimpangan global ke forum internasional seperti PBB.
2.2. Reformasi Tata Kelola Global
BRICS mendorong reformasi di Dewan Keamanan PBB untuk mencerminkan realitas geopolitik saat ini. Indonesia, sebagai pemain kunci di ASEAN, memperkuat tuntutan BRICS untuk representasi lebih adil bagi negara berkembang.
Sumber: United Nations Reform Report (2024).
3. Tameng bagi Anggotanya
3.1. Perlindungan dari Sanksi Barat
Rusia memanfaatkan BRICS untuk menghindari isolasi ekonomi akibat sanksi Barat. India, China, dan Indonesia terus mengimpor minyak Rusia, memberikan jalur perdagangan alternatif.
• Pada 2023, perdagangan energi Rusia dengan India dan China meningkat hingga 40%.
• Indonesia juga meningkatkan impor pupuk dan energi dari Rusia.
Sumber: Reuters Trade Analysis (2024).
3.2. Diversifikasi Ekonomi
BRICS memberikan peluang besar bagi Indonesia untuk memperluas pasar ekspor:
• Ekspor ke China: Meningkat hingga 25% setelah pembukaan jalur perdagangan BRICS.
• Kerja sama energi dengan Rusia: Memperkuat ketahanan energi domestik Indonesia.
Sumber: BRICS Trade Report (2024).
4. Kekuatan Inovasi dan Teknologi
4.1. Kepemimpinan Inovasi
• China: Memimpin teknologi 5G, AI, dan energi terbarukan.
• India: Menjadi pusat global layanan TI dengan kontribusi ekspor senilai $194 miliar.
• Indonesia: Fokus pada pengembangan teknologi kendaraan listrik (EV), dengan cadangan nikel terbesar dunia.
4.2. Kolaborasi BRICS
Melalui BRICS Network University, Indonesia mendapat manfaat dari transfer teknologi, terutama dalam transisi energi dan kesehatan digital.
5. Tantangan Internal BRICS
1. Ketegangan Geopolitik: Hubungan India dan China yang terkadang tegang.
2. Ketimpangan Ekonomi: Dominasi China dapat memunculkan ketidakseimbangan dalam pengambilan keputusan.
3. Keragaman Politik: Sistem politik yang berbeda membutuhkan diplomasi tinggi untuk menjaga kesatuan.
6. Masa Depan BRICS dengan Indonesia
6.1. Perluasan Anggota
Indonesia membawa dinamika baru ke BRICS, yang juga sedang mempertimbangkan masuknya negara-negara seperti Turki dan Arab Saudi. Ini akan memperkuat posisi BRICS sebagai blok ekonomi terbesar dunia.
6.2. Dominasi Perdagangan Global
BRICS berpotensi menjadi blok perdagangan terbesar, mengintegrasikan pasar negara berkembang untuk menciptakan jalur ekonomi baru yang independen dari Barat.
Kesimpulan
Keanggotaan Indonesia dalam BRICS memperkuat blok ini secara signifikan, baik dari sisi ekonomi, geopolitik, maupun teknologi. Dengan memanfaatkan peluang yang ada, BRICS tidak hanya menjadi penantang dominasi AS tetapi juga simbol solidaritas negara berkembang di era multipolar. Indonesia, sebagai anggota baru, memainkan peran penting dalam memperkuat posisi BRICS di panggung global.
Daftar Pustaka
1. IMF World Economic Outlook. (2024).
2. NDB Annual Report. (2023).
3. Financial Times. (2024). Dedolarisasi dalam Perdagangan Global.
4. United Nations Reform Report. (2024).
5. Reuters Trade Analysis. (2024).
6. BRICS Trade Report. (2024).
Klik untuk baca:
https://www.facebook.com/share/19qF4KKtQJ/?