Diantara hal yang sangat memprihatinkan kita yang lagi viral belakngan ini adalah berita belasan anak remaja sekolah rela melepas hijab karena menuruti peraturan dan standarisasi yang ditetapkan pemegang kebijakan.
Miris memang melihat rapuhnya iman,dangkalnya akidah dan minimnya ilmu tentang agama yang mereka anut.
Memang kesalahan ini tak bijak hanya ditimpakan pada mereka, apalagi mengingat umur mereka yang masih belia dan butuh bimbingan dan dukungan orang dewasa.
Dibelakang mereka ada orang tua yang perlu di edukasi, ada para guru dan sekolah-sekolah yang butuh pencerahan agama.
Intinya semua kembali terpulang pada kurangnya transfer ilmu yang bermanfaat, dari para da’i ,muballighin, para ustadz di lingkungan sekitar mereka yang seyogyanya memompakan ruh keislaman yang benar dan mujahadah agar ummat benar-benar lebih mendahulukan perintah Allah dan Rasulnya dari perintah makhluk manapun.
Apalagi distorsi pemahaman yang siang malam disebarkan tanpa henti dari kaum liberal dan da’i syubahat yang mengatakan menutup kepala tak wajib bagi muslimah, jilbab hanyalah budaya Arab, dan berdalih dengan istri-istri sebagian da’i tempo dulu tidak berjilbab, hanya menggunakan kerudung trnasparan.
Ada pula syubhat lain; ”yang penting hatinya baik, yang utama adalah menjilbabi hati, buat apa berjilbab bila buruk perangai dan syubhat-syubhat lainnya.
WAHAI ORANG TUA KALIAN KEMANA SAJA?
Anak-anak terlahir di atas fitrah tauhid dan tunduk pada Allah, namun peran orang tua, kawan dan lingkungan jualah yang merubah anak menjadi Yahudi, Nasrani maupun Majusi.
Karena kurang ilmu agama dan orientasi negeri akhirat, banyak orang tua yang menjadi “dayyut” yang hilang kecemburuan terhadap istri maupun anak gadisnya yang tampil dihadapan publik tanpa busana syari’i , dengan baju tipis transparan, baju ketat membentuk lekuk tubuh, atau bahkan menampakkan aurat dan daya tarik tubuhnya kepada lelaki.
Sungguh berat ancaman Nabi untuk mereka para wali lelaki, baik ayah, abang, paman dst yang tidak peduli terhadap pakaian mereka, bahka kelak mereka takkan masuk syurga. Allahul musta’an.
Wahai orang tua kalian kemana saja? Jangan sampai kesibukan kalian mengejar dunia, melupakan tanggung jawab kalian untuk melindungi dan membimbkng anak-anak gadis kalian urusan agama.
Tidakkah kalian lihat betapa banyaknya kerusakan kaum wanita yang dibiarkan bebas bergaul dengan lelaki manapun, pergi bersama mereka, pacaran bahkan hidup seatap tanpa tali pernikahan.
Berapa banyak kasus perzinaan, pencabulan, kekerasan seksual, bayi-bayi haram yang lahir dibatas ranjang perzinahan. Semua kasus di atas terkadang banyak terjadi karena lepasnya kontrol orang tua terhadap anak-anak mereka. La haula wala quwwata illa billahi.
Ya Allah periharalah anak keturunan kami dari segala bentuk fitnah dunia dan wanita, fitnah syubuhat dalam agama.
Bojong Kulur, 11 Shafar 1446/ 15 Agustus 2024
Abu Fairuz Ahmad Ridwan
(gwa-da’wah-II).