Oleh: Muhammad Hidayatullah, Wakil Ketua Bidang Pebfmbangan Studi al-Qur’an (PSQ) Dewan Da’wah Jatim
Dewandakwahjatim.com, Surabaya –
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ, قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “يَا أَبَا هُرَيْرَةَ، كُنْ وَرِعًا تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ، وَكُنْ قَنِعًا تَكُنْ أَشْكَرَ النَّاسِ، وَأَحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ تَكُنْ مُؤْمِنًا، وَأَحْسِنْ جِوَارَ مَنْ جَاوَرَكَ تَكُنْ مُسْلِمًا، وَأَقِلَّ الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ.”
Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: “Wahai Abu Hurairah, jadilah orang yang wara’ niscaya kamu akan menjadi orang yang paling baik ibadahnya. Dan jadilah orang yang qana’ah niscaya kamu akan menjadi orang yang paling pandai bersyukur. Cintailah untuk manusia apa yang kamu cintai untuk dirimu sendiri, niscaya kamu akan menjadi seorang mukmin. Baguskanlah sikapmu kepada tetanggamu, niscaya kamu akan menjadi seorang muslim. Dan kurangi banyak tertawa, karena sungguh banyak tertawa itu dapat mematikan hati.” (HR. Ibnu Majah)
Bulan Ramadhan adalah momen istimewa untuk melakukan refleksi diri dan memperbaiki kebiasaan agar menjadi pribadi yang lebih baik. Hadits ini memberikan lima pesan utama yang sangat relevan dengan kondisi kita saat ini:
A. Jadilah Pribadi yang Wara’ (Berhati-hati dalam Berbuat Dosa)
Sikap wara’ berarti menjauhi hal-hal yang diharamkan dan menjaga diri dari segala sesuatu yang dapat merusak ibadah. Di bulan Ramadhan, kita tidak hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari hal-hal yang tidak bermanfaat, seperti menggunjing, berkata kasar, atau melihat hal yang tidak pantas.
- Jika biasanya seseorang mudah berkata kasar ketika marah, di bulan Ramadhan ia berusaha mengendalikan emosinya dan menggantinya dengan kata-kata yang lebih baik.
- Jika sebelumnya suka menonton tontonan yang tidak baik, kini ia lebih memilih mendengarkan kajian atau membaca Al-Qur’an.
Sikap wara’ membantu kita menjaga kesucian ibadah puasa dan membuat kita lebih mendekat kepada Allah.
B. Miliki Sikap Qana’ah (Merasa Cukup dan Bersyukur)
Qana’ah berarti menerima dengan ikhlas apa yang telah diberikan Allah dan tidak serakah. Saat berpuasa, kita belajar bahwa hidup bukan hanya tentang memenuhi keinginan, tetapi juga tentang bersyukur atas apa yang kita miliki.
- Ketika berbuka, kita bisa saja membeli makanan mewah, tetapi dengan sikap qana’ah, kita memilih untuk berbuka dengan sederhana dan berbagi dengan mereka yang kurang mampu.
- Tidak mengeluh ketika merasa lapar dan haus, karena kita sadar banyak orang yang harus menahan lapar setiap hari tanpa ada pilihan.
Orang yang qana’ah tidak akan iri dengan rezeki orang lain, tetapi justru akan lebih banyak bersyukur dan merasa cukup dengan apa yang ia miliki.
C. Cintailah Orang Lain Apa yang Kamu Cintai untuk Dirimu Sendiri
Sikap ini mencerminkan kepedulian terhadap sesama. Di bulan Ramadhan, kita dianjurkan untuk lebih banyak berbagi, baik dalam bentuk makanan, tenaga, maupun perhatian kepada orang lain.
- Saat kita memiliki rezeki lebih, kita bisa berbagi makanan berbuka dengan tetangga atau memberikan donasi kepada mereka yang membutuhkan.
- Jika kita ingin dihormati, maka kita juga harus menghormati orang lain, misalnya dengan tidak membuat gaduh saat orang lain sedang beribadah.
- Jika kita ingin dimaafkan atas kesalahan kita, maka kita juga harus mudah memaafkan orang lain.
Sikap ini bukan hanya membuat kita lebih dicintai oleh manusia, tetapi juga lebih dekat kepada Allah.
D. Jaga Hubungan Baik dengan Tetangga dan Sesama
Dalam Islam, hubungan baik dengan tetangga sangat ditekankan. Jangan sampai ibadah kita di bulan Ramadhan terganggu karena adanya perselisihan dengan tetangga atau orang lain di sekitar kita.
- Tidak membunyikan musik keras-keras saat malam hari sehingga mengganggu orang yang sedang shalat tarawih atau istirahat.
- Saling mengirim makanan berbuka puasa untuk mempererat hubungan dan menunjukkan kepedulian.
- Tidak egois dalam parkir kendaraan saat pergi ke masjid, agar tidak mengganggu orang lain.
Menjadi muslim yang baik bukan hanya soal ibadah pribadi, tetapi juga tentang bagaimana kita memperlakukan orang lain dengan baik.
E. Kurangi Banyak Tertawa, Apalagi yang Sia-Sia
Tertawa itu wajar, tetapi jika berlebihan, bisa membuat hati lalai dari mengingat Allah. Saat ini, banyak hiburan yang membuat kita tertawa tanpa menyadari bahwa itu bisa melalaikan kita dari ibadah.
- Menghindari candaan yang berlebihan atau menertawakan orang lain, karena itu bisa menyakiti perasaan mereka. Tidak menghabiskan waktu berjam-jam menonton video hiburan sampai melupakan shalat atau tadarus Al-Qur’an.
- Menghindari lawakan yang berisi kebohongan atau mengolok-olok orang lain.
Di bulan Ramadhan, kita harus lebih banyak mengisi waktu dengan hal yang bermanfaat, seperti dzikir, membaca Al-Qur’an, atau mendengarkan kajian keislaman.
Hadits ini memberikan panduan untuk menjadi pribadi yang lebih baik, dan bulan Ramadhan adalah kesempatan emas untuk menerapkannya. Dengan bersikap wara’, qana’ah, peduli terhadap orang lain, menjaga hubungan baik dengan sesama, dan mengurangi hal-hal yang melalaikan, kita bisa menjadikan Ramadhan sebagai momentum perubahan diri.
Mari manfaatkan bulan suci ini untuk meningkatkan kualitas ibadah dan memperbaiki hubungan dengan sesama. Semoga setelah Ramadhan berlalu, kita tetap bisa mempertahankan kebiasaan baik yang telah kita bangun. Aamiin.
Admin: Kominfo DDII Jatim
Editor: Sudono Syueb