SURABAYA-kanalsembilan.com
Kantor OJK Provinsi Jawa Timur (OJK KOSB) menilai stabilitas Industri Jasa Keuangan (IJK) di Jawa Timur tetap terjaga stabil dengan kinerja intermediasi yang kontributif, didukung oleh likuiditas yang memadai dan tingkat permodalan yang kuat.
Di tengah volatilitas pasar keuangan, tekanan capital outflow akibat
pelemahan nilai tukar serta ketidakpastian perekonomian global, pasar
modal masih menunjukkan perkembangan yang baik.
Sampai April 2024 jumlah Single Investor Identification (SID) Saham
meningkat menjadi 748.571 atau tumbuh 21,17 persen (yoy), SID Surat
Berharga Negara (SBN) meningkat menjadi 144.740 SID atau tumbuh 20,16
persen (yoy), dan SID Reksadana meningkat menjadi 1.574.884 SID atau
tumbuh 16,80 persen (yoy).
Posisi April 2024, nilai transaksi saham di Jawa Timur sebesar Rp21,28
triliun atau meningkat 45,32 persen dibandingkan posisi yang sama tahun
lalu. Sedangkan jumlah kepemilikan saham tercatat sebesar Rp93,92 triliun
atau meningkat 5,41 persen (yoy).
Di industri pengelolaan investasi, nilai penjualan reksadana dalam rupiah
sampai dengan April 2024 tercatat sebesar Rp1,53 triloun atau turun 22,06
persen (yoy). Namun demikian tercatat peningkatan jumlah investor
institusi sebesar 3,18 persen dan jumlah investor perorangan sebesar 69,05
persen.
Sedangkan penggalangan dana pada Securities Crowdfunding (SCF) yang
merupakan alternatif pendanaan bagi UMKM, hingga 30 April 2024 di Jawa
Apr’24 di Jawa Timur telah terdapat 27 Penerbit, 8.256 pemodal, dan total dana yang
dihimpun sebesar Rp38 miliar.
Kredit perbankan pada posisi April 2024 tumbuh 5,87 persen (yoy) menjadi
sebesar Rp574 triliun. Sementara itu, secara tahunan pertumbuhan Dana
Pihak Ketiga (DPK) sebesar 8,40 persen (yoy) atau menjadi sebesar Rp772
triliun. Hal tersebut mengakibatkan LDR di Jawa Timur pada posisi April
2024 menjadi sebesar 73,84 persen.
OJK terus mendorong kinerja intermediasi perbankan dengan tetap menjaga
keseimbangan antara pertumbuhan pembiayaan/kredit dan terjaganya
likuiditas. Likuiditas industri perbankan pada April 2024 dalam level yang
memadai dengan rasio-rasio likuditas yang terjaga. Rasio Alat Likuid/NonCore Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/DPK (AL/DPK) masing-masing
sebesar 101,97 persen dan 21,59 persen, atau tetap jauh di atas treshold
masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen.
Sementara itu, kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio NPL net perbankan
sebesar 1,42 persen dan NPL gross sebesar 3,45 persen. Seiring pemulihan
yang terus berlanjut di sektor riil khususnya di sektor UMKM.
Selanjutnya, Perbankan di Jawa Timur tetap perlu memperhatikan risiko
utama yaitu risiko pasar dan dampaknya pada risiko likuiditas terkait
sentimen suku bunga global yang masih tetap tinggi, serta potensi
peningkatan risiko kredit pasca berakhirnya masa relaksasi kredit
restrukturisasi terkait Covid-19 akhir Maret 2024.
Perbankan perlu terus meningkatkan daya tahan melalui penguatan permodalan dan menjaga
coverage CKPN secara memadai, serta secara rutin melakukan stress test
untuk mengukur kemampuan permodalan dalam menyerap potensi risiko. (za).