Wednesday, December 4, 2024
Google search engine
HomeTausiyahIstri Yang Membuat Suami Menderita

Istri Yang Membuat Suami Menderita

https://www.facebook.com/share/p/BdJRb8uFRrzyqbNP/

Kenapa banyak wanita atau istri membuat para suami susah, sengsara, merana dan menderita. Banyak anak yang rusak akhlak dan adabnya? Itu semua akibat para wanita atau para isteri bodoh terhadap ilmu-ilmu agama.

Berka Basyir Al Ibrahim rahimahullah:

فَإِذَا جَهِلَتِ الْمَرْأَةُ عُلُومَ الدِّينِ أَتْعَبَتِ الزَّوْجَ ، وَأَفْسَدَتِ الْأَوْلَادَ وَأَهْلَكَتِ الْأُمَّةَ

“Apabila wanita bodoh terhadap ilmu-ilmu agama, maka dia akan menyusahkan suami, merusak anak-anak dan membinasakan (menghancurkan) umat”. (Atsarul Ibrahimy 4/4-50).

Untuk itulah, tidak ada cara lain, agar para wanita atau para isteri paham agama dan menjadi isteri-isteri yang sholihah, hendaklah menghadiri majlis ilmu. Hendaklah para suami mengajak isteri-isteri mereka menghadiri majlis ilmu. Para bapak mengajak anak-anak mereka menghadiri taman-taman surga.

Berkata Syaikh Utsaimin rahimahullah :

لتعلم كل امرأة أنها لن تصل إلى الصلاح إﻻ بالعلم، وما أعنيه بالعلم هو العلم الشرعي.

“Hendaklah semua wanita mengetahui bahwa dia tidak akan bisa mencapai keshalihan (tidak mungkin menjadi wanita shalihah) kecuali dengan ilmu, dan yang saya maksud dengan ilmu adalah ilmu syar’i.” (Dauratul Mar’ah, hal. 7).

Yang menjadi persoalan, banyak diantara para suami menginginkan isteri-isterinya paham agama dan menjadi sholihah, sedangkan mereka sendiri bodoh terhadap ilmu agama. Malas menghadiri majlis ilmu. Ogah-ogahan dalam menuntut ilmu agama. Maka harapan tinggallah impian.

اللَّهُمَّ إنِّي أّعُوذُ بِكَ مِنْ جَارِ السُّوءِ، وَمِنْ زَوْجٍ تُشَيِّبُنِي قَبْلَ المَشِيبِ، وَمِنْ وَلَدٍ يَكُونُ عَليَّ رَبّاً، وَمِنْ مَالٍ يَكُونُ عَلَيَّ عَذَابَاً، وَمِنْ خَلِيْلٍ مَاكِرٍ عَيْنُهُ تَرَانِي، وَقَلْبُهُ يَرْعَانِي؛ إِنْ رَأَى حَسَنَةً دَفَنَهَا، وَإِذَا رَأَى سَيِّئَةً أَذَاعَهَا

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari tetangga yang jahat; dari pasangan yang menjadikanku tua (beruban) sebelum waktunya; dari anak (keturunan) yang berkuasa kepadaku; dari harta yang menjadi siksa bagiku; dan dari kawan dekat yang berbuat makar kepadaku, matanya melihat dan hatinya terus mengawasi, namun kalau melihat kebaikanku, ia timbun dan kalau melihat kejelekanku, ia sebarkan.” (HR. Thabrani dalam Ad-Du’a’ 3: 1425, no. 1339, Az-Zuhud, no. 1038. Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, 7: 377, no. 3137)

Abu Fadhel Majalengka

(gwa-majelis-ilmu-3).

Previous article
Next article
RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments